Karma Segelas Milkshake Coklat


2011,
Hari Pertama Masa Orientasi Siswa

Kumandang adzan subuh menggema dalam tidurku, layaknya bunyi alarm yang terus menerus menyerukan seruan untuk segera bangun dan menggugurkan kewajibanku untuk segera bertemu dengan-Nya dan segera memulai hari. Dengan mata yang masih lengket, aku paksakan bangun. Mengingat hari ini hari pertamaku masuk SMK, maka aku harus mengikuti masa pengenalan dengan lingkungan sekolah baruku atau MOS (Masa Orientasi Siswa) selama tiga hari. Bergegas kutunaikan kewajibanku dan segera mandi untuk bersiap ke sekolah baruku.
Selesainya bersiap, aku sarapan, dan pamit dengan ibuku lalu segera keluar rumah dengan membawa segala atribut yang harus kubawa selama MOS. Lumayan banyak tapi aku bersyukur di sekolahku yang baru ini, aku tidak harus menggunakan pakaian atau tampilan yang aneh-aneh seperti yang kubayangkan. Ayah sudah siap menungguku di depan rumah. Sebelum berangkat kerja, Ayah akan mengantarkanku dahulu ke sekolah. Motor yang akan dipakai untuk mengantarkanku ke sekolah pun sudah siap. Dengan sumringah Ayah menghampiriku dan membantuku membawa semua perlengkapanku ke motor.
Sepanjang perjalanan aku diam. Ayah memulak pembicaraan "Anak Ayah sudah masuk SMK sekarang ya? Tapi kok masih pake baju SMP? Emang gak dibeliin baju sama Ayahnya ya?" Kata Ayah. Aku pun tertawa. Tapi aku tidak menanggapi omongan Ayah. Entah kenapa aku merasa deg-degan, aku agak merasa takut ingin masuk sekolah baru. "Kamu kok diem aja tumben? Biasa nya diledekin gantian ngeledek. Kurang apa ya sarapannya?" Ayah meledekku lagi. "Gakpapa, yah. Nu rada deg-degan aja." Sahutku. "Loh deg-degan kenapa? Emang uji nyali pake deg-degan segala?" Tambah ayah. "Iiih ayaaah. Nu serius takut nih. Daritadi ngeledek mulu ih." Jawabku agak kesal karena daritadi ayah meledekku terus. "Ya terus kamu takut kenapa sayang?" Tanya ayah lagi. "Nu tuh takut gapunya temen, Yah. Orang temen-temen Nu yang Nu kenal tuh pada beda jurusan sama Nu. Ntar Nu sama siapa?" Jelasku pada Ayah. Ayah hanya tertawa dan bilang "makanya sekolah ngadain MOS biar yang gakpunya temen jadi banyak temen. Gakusah takut. Kamu kan baik, pasti nanti banyak temen" kata ayah melanjutkan.
Tak terasa aku sudah tiba di depan gerbang sekolahku, aku enggan turun. Dengan berat hati akupun turun juga. Ayah memarkirkan motornya di sekolahku. Sekolahku memiliki dua pintu gerbang. Gerbang Utama yang berada di paling luar (area parkir dan lobby) dan Gerbang Dalam yang adanya setelah Gerbang Utama. Ayah mengantarkanku sampai ke depan Gerbang Dalam. Karena sesuai peraturan yang ada, selama MOS Orang tua atau wali murid hanya boleh mengantarkan sampai depan Gerbang Dalam. Sesampainya di depan Gerbang Dalam, Bella temanku yang ternyata juga baru datang memanggilku dari Gerbang Utama, “Nunuuu…” Teriaknya sambil menghampiriku, mungkin takut aku tidak mendengar. “Eh Bella. Sini Be!” sahutku pada Bella. “Itu ada temennya, ngapain takut. Cemen ah” kata Ayah meledekku lagi. “Iiih Ayah, Bella itu enggak satu jurusan sama Nunu, Yah… Ih Ayah mah ngeledek mulu deh males,” sahutku kepada Ayah. Bella pun sampai ke tempatku sekarang bersama Ayah, “Pagi Om,” sapa Bella pada Ayahku sembari mencium tangan Ayah. Ayah pun membalas salam Bella seraya pamit padaku untuk berangkat ke Kantor. Karena hari memang sudah mulai siang dan kantor Ayah lumayan jauh. Akupun mencium tangan Ayah, masih enggan rasanya aku masuk gerbang sendiri tanpa Ayah. Meskipun ada Bella, manjaku ini rasanya belum bisa lepas dari diriku. Aku akui, aku ini memang ‘Anak Papi’ bukan Anak Mami. Ya, itulah Aku, Anak manja yang baru masuk SMK. “Anak ayah udah gede, malu sama temen-temennya. Bella aja berani. Udah cepetan sana masuk. Nanti dihukum. Anak baru masa telat Cuma gara-gara gamau ditinggal ayahnya. Apa gak diledekin nanti kamu” Ayah memberiku semangat lagi, dan akhirnya aku pun mau Ayah tinggal kerja.
Saat melangkahkan kaki masuk dari Gerbang Dalam menuju Lapangan, kulihat area dalam sudah mulai ramai dipadati murid-murid baru berseragam warna-warni khas dari SMP masing-masing. Karena memang selama tiga hari MOS, kami masih mengenakan seragam SMP masing-masing, usai MOS, barulah kami memakai seragam sekolah baru kami. Seragam SMK 20. Aku jalan sambil berbincang dengan Bella, nasehat Ayah entah kenapa seakan menghipnotisku, rasa takut yang awalnya muncul seketika hilang dan berganti suasana semangat, mungkin suasana lapangan yang riuh pun ikut membawaku ke suasana suka-cita memasuki fase Putih Abu-abu.
Kakak-kakak OSIS mengarahkan para murid baru untuk segera baris sesuai jurusan diterima dan kelas yang telah ditetapkan. Saat aku dan Bella berpisah, tiba-tiba ada suara wanita yang memanggil Bella “Bellaaaaa…” panggil anak itu. Bella dan akupun menoleh, ternyata itu teman Bella. “Eh, Syaan. Baru dateng lu? Sana gih baris. AK dua di pojok kiri tuh abis AK satu” kata Bella pada temannya. “Yah Bel, gue sendirian gak punya temen di AK dua. Ada sih kayaknya anak 86, tapi gue pada gak kenal bel” timpal wanita itu. “Eh iyaaak gue lupa, ini Nunu temen gue Syan. Sekelas sama gue pas SMP. Kalian bareng aja…” kata Bella sambil mengenalkanku pada temannya itu. Aku dan wanita itu saling menjulurkan tangan dan berkenalan “Husnul, panggil Nunu aja” kataku. “Oh iya, Syania. Panggilnya biasanya Syan, kalo gak Nia. Terserah aja deeeh” katanya memperkenalkan diri. Kami pun bersama mencari barisan tempat kami harus berbaris. Dari situlah awal pertemananku dengan Syania.

Hari kedua Masa Orientasi Siswa

Pagi ini rasanya tidak seberat kemarin, Suara kokok ayam seakan ikut mewarnai hatiku untuk segera memulai aktivitas pagi ini. Hari ini adalah hari keduaku melaksanakan MOS. Seperti biasa aku diantar Ayah, tapi tidak seperti kemarin. Sekarang aku sudah tidak takut sendiri lagi. Sesampai di gerbang Ayah pamit dan aku mencium tangan Ayah, belum sempat Ayah berangkat, tiba-tiba ada seseorang memanggilku “Nunuuu…” Akupun menoleh, ternyata Syania. Ia menghampiriku. “Ciyeee, pantesan aja bangun cepet, ditinggal gampang. Ceritanya udah punya temen nih…” seperti biasanya, Ayah tidak pernah bosan meledekku. Tapi kali ini aku tidak merasakan kesal, malah aku balik meledek Ayah. Ya, itulah ayahku. Sering meledek, tanpa ledekan Ayah mungkin hari-hariku akan datar saja. Karena dimana ada ledekan Ayah, disitu muncul keceriaanku memulai hari. Meskipun terkadang suka buat kesal, tapi disitu hariku berwarna. Semua karena Ayah.
Aku menuju lapangan bersama Syania untuk berbaris. Setibanya di barisan tiba-tiba ada seorang murid laki-laki yang dari pakaiannya kuketahui bahwa dia murid baru juga, tiba-tiba menyelak dan menabrak kami dari belakang. Sepertinya dia agak telat. Karena dia dari belakang dengan tergesagesa langsung menyelak kami yang berada di depannya. Memang peraturannya adalah murid lakilaki berbaris di depan dan perempuan di belakang. Mungkin tujuannya untuk menghindari para murid lakilaki ngobrol atau bercanda, Tapiii jelas aku dan syania merasa kesal karena ditabrak dari belakang, “kenapa si itu orang? Maen tabrak aja, bilang permisi kek, apa kek basa-basi. Gak punya mulut apa ya. Makanya bangun pagi biar ga kesiangan. Ketauan MOS, bawaannya berat, minta maaf kek,” gerutuku marah-marah. “Tau ya, ketauan MOS kenapa bangun siang. Begadang kali nonton bola. Penting banget apa,” Syania juga marah-marah. Niatku ingin menghampiri anak laki-laki itu dan menyuruhnya untuk minta maaf, tapi seruan untuk segera merapikan barisan dari kakak-kakak OSIS mengurungkan niatku. Terpaksa aku biarkan anak itu, aku pun segera berbaris dengan hati masih jengkel.
Saat berbaris, anak laki-laki ada di barisan laki-laki tapi di paling belakang, di baris kelima. (Jadi misalkan ada 20 baris ke belakang, lima baris pertama itu laki-laki dan mulai dari baris keenam sampe 20 itu diisi perempuan) memang anak laki-laki itu lebih sedikit dari anak perempuan. Tanpa sadar aku memperhatikan anak lakilaki yang tadi menyelakku dari belakang. Kebetulan aku baris di barisan ke 7 di sebelah kanan barisan laki-laki itu.  Gayanya yang tengil nampak jelas dari belakang, tanpa senyum menghiasi mukanya yang yaaa menurutku biasa aja itu. Udah Tengil, sok ganteng, gatau minta maaf. Mending kalo ganteng. Orang tampang biasa aja kok. Aku bandingkan dengan yang lain pun, dia ini biasa aja. Gak ada cakep-cakepnya. Ya kuakui dia ini memang tinggi dan berkulit putih, tapi entah kenapa karena kejadian tadi pagi, keselku ini gak bisa hilang. Aku masih tetap menggerutu dalam hati. Ternyata laki-laki itu menoleh kearahku, Akupun beradu pandang dengannya, dan apa yang terjadi? Kukira laki-laki itu akan tersenyum karena tadi sudah menabrakku, eeeh ternyata dugaanku salah besar. Dia membuang muka ke arah lain tanpa senyum dan tanpa merasa bersalah sudah menyelak dan menabrakku tadi, dia malah langsung kegeeran karena mungkin dia sadar aku memperhatikannya. Pppssss… memuncaklah emosiku melihat tingkah laki-laki itu. ingin rasanya kutendang dia dari belakang dan kutonjok mukanya yang datar, biasa aja, dan sok kegantengan itu. Aku benar-benar memakinya dalam hati. Aku masih tahan rasa kesalku karena aku sadar, aku masih berada di barisan.
Aku kembali memperhatikan anak itu, kali ini bukan tanpa sadar aku memerhatikannya. Aku memperhatikannya karena aku masih jengkel dengan tingkah lakunya dan amat sangat ingin memakinya. Anak itu memakai pakaian putih biru, sama sepertiku. Aku menyimpulkan dia berasal dari SMP negeri juga, tapi saat aku lihat  topinya seperti ada tulisan di samping kiri topinya, aku agak sedikit berjinjit ke depan ingin mengetahui dari mana anak tengil itu berasal. Dengan susah payah aku berjinjit ke depan dengan perlahan supaya anak itu tidak mengetahui kalau aku penasaran dengannya, mmm maksudku dengan asal sekolahnya. Dan ternyataaa dia berasal dari SMPN di Jakarta yang dari dulu merupakan musuh berat sekolahku. Aku pribadi tidak perduli dengan musuh atau apalah, sebab aku tidak mengenal istilah genk-genkan. Aku justru ingin punya banyak teman, seperti kata Ayah bertemanlah dengan siapapun, selama itu positif. Tapi yang aneh, kenapa aku harus bertemu anak laki-laki sombong itu. rasanya dia sudah merusak mood ku hari ini. Baris-berbaris di lapangan selesai, aktivitas MOS pun berjalan sesuai jadwal, Hari kedua MOS bagi sebagian orang mungkin berjalan lancar, tapi entah kenapa aku sulit melupakan kejadian pagi ini.
Hari ketiga Masa Orientasi Siswa

Hari ketiga Masa Orientasi Siswa

Hari ini berjalan seperti biasa, tidak ada sesuatu yang spesial. Tapi tidak juga ada sesuatu yang menyebalkan, biasa saja, dan MOS hari ini berjalan lebih cepat dari hari sebelumnya, menyebabkan pulangnya pun jadi lebih cepat, aku dan Syania berencana mengajak Bella untuk makan bersama dulu di kantin sekolah baru kami. Kami ingin tahu, bagaimana rasanya jajan di kantin sekolah baru. Namanya juga siswi baru, masih betah saja rasanya di sekolah. Bella pun setuju dan kami makan bertiga.

Aku memesan semangkuk Mie Rebus dan segelas Pop Ice rasa Coklat dan membawa makanan yang sudah aku pesan ke meja yang sudah diduduki Bella dan Syania. Bella memesan Soto Ayam, dan Syania memesan Roti Bakar. Yang menarik, kami sama-sama pesan minuman yang sama, Pop Ice. Tentunya dengan selera masing-masing. Sambil makan, Bella memulai pembicaraan “Nu, suka banget Pop Ice rasa Coklat sih? Emang enak ya?” “Nih cobain aja, ketimbang rasa buah-buahan, Milkshake favoritku ya Pop Ice Coklat ini, Be. Gurih manis gimana gitu rasanya. Beda deh dari yang laen” kataku sambil menyodorkan segelas Pop Ice rasa Coklat. Bella pun mengambil segelas Milkshake yang kusodorkan “Iya si nu enak, rasanya kayak gak neko-neko ya, Nu. Gak terlalu manis. Tapi Nu kalo gue lebih suka yang rasa-rasa lucu”. “Haa? Rasa lucu, Be? Rasa apaan rasa lucu?” tanyaku heran sambil makan Mie Rebus pesananku. “Iya Bel, rasa lucu tuh kayak apa? Setau gue yang lucu itu gue, lucu, imut-imut” sahut Syania dengan suara khas nya yang seperti anak kecil sambil menyilangkan kedua tangan dengan jarinya menyentuh pipi. “Yeeeh apaan lu, San. Rasa imut tuh rasa Buble Gum, rasa permen karet. Rasanya tuh bikin ceria. Manis tapi bukan rasa buah. Unik deh. Kaya wangi parfum gue, Aromanya Buble Gum. Mencerminkan gue yang selalu ceria. Pokoknya Milkshake Buble Gum ini Pop Ice Idolaku banget,” Jelas Bella Panjang lebar. “iiiiii… enggak siii, yang enak tuh yang rasa stroberi” sahut syania tetap dengan gaya kenakanannya. “Kenapa syan? Seger?” tanyaku. “Gue rasa bukan, Nu. Pasti bukan gara-gara seger. Tau banget ni gue, yakin. Bukan gara-gara seger” Bella menanggapi. Aku bingung “Lah terus?”. “Jadiii gue suka minum Pop Ice gara-gara warnanya Piiink… Aaaa, gue suka banget warna Pink. Apa aja yang warna Pink, pasti gue beli. Lucuuu.”. Aku bengong sambil melihat tingkah Syania ini, “Tukan bener, kebiasaan,” tambah Bella. Ya dua orang temanku ini memang berbeda, Bella yang kukenal sejak SMP memiliki sikap yang optimis, simple, dan ceria, tapi Bella ini suka kurang hati-hati dalam bertindak. Dan untuk Syania, kesanku selama tiga hari ini bertemu dengannya adalah dia orang yang manja dan seperti anak kecil yang selalu ingin diperhatikan, mungkin sepertiku. Namun aku merasa sifat manja kami berbeda. Entah orang lain yang melihat bagaimana.

Kamis, Hari Pertama KBM (Kegiatan Belajar Mengajar)

Hari Kamis, hari Pertama aku mengenakan Seragam Putih Abu-abu ku, rasa bahagia menyelimuti perasaanku. Rasanya baru kemarin aku mengenakan seragam Putih Biru, sekarang sudah berganti saja jadi putih abu-abu. Aku sudah menyiapkan seluruh peralatan sekolahku selepas MOS kemarin. Bangun pagi langsung kuambil wudhu lalu menunaikan kewajiban ku. Doa tulus kupanjatkan kepada Yang Maha Esa atas segala kenikmatan dan kebahagiaan yang masih diberikan untukku hingga pagi ini.
Aku sudah siap, Ibu pun telah menyiapkanku sarapan. Aku, Ayah, dan Ibu sudah sarapan bersama, hari ini aku merasa sangat bahagia. Satu meja makan bersama orangtuaku. Seakan semua ini mengisi semangatku untuk menjalani hari. Selepas makan, aku dan Ayah berpamitan untuk ke sekolah, dan Ayah pamit mengantarku ke sekolah lalu berangkat ke kantor. Aku mencium tangan ibu, dan ibu mencium tangan Ayah. Seperti biasa, diperjalanan menuju ke sekolah, ayah pasti selalu memberikan ku semangat, dan bercanda supaya aku merasa senang. Ayah memang juara.

Hari pertama masuk sekolah, belum mulai pelajaran normal seperti biasa. Hanya perkenalan dan perkenalan awal seputar jurusan yang diambil. Namun harus tetap mengikuti jadwal yang telah ditetapkan. Jadwal sekolahku mulai dari jam setengah tujuh pagi dan berakhir jam tiga sore. Aku sempat merasa bosan karena tiap kali ganti jam pelajaran baru kami hanya perkenalan saja, tapi aku selalu ingat kata Ayah. Aku harus semangat, aku tidak boleh mengecewakan Ayah. Dan benar, dari perkenalan itu, aku berkenalan lagi dengan banyak teman. Ternyata tidak hanya aku yang merasakan takut saat pertama kali masuk sekolah, tapi yang lain pun sama. Disitu aku bertemu lagi dengan Eka, yang dulu saat SMP sempat satu kelas denganku dan aku tidak sadar bahwa sekarang kami satu sekolah, bahkan satu kelas lagi.

Jam demi jam berlalu perlahan, hingga akhirnya bunyilah bel sekolah yang menandakan tibanya waktu istirahat. Aku pun segera keluar kelas. Penat rasanya. Aku melihat sekitar lapangan sekolah dari depan teras kelas. Kelasku berada di lantai tiga. Jadi isi lapangan cukup terjangkau pandanganku untuk dinikmati. Aku menghirup segarnya udara di luar. "Nuuu..." syania memanggilku. Aku menoleh ke belakang. "Iya syan? Kenapa syan?" Jawabku. "Laper gak nu. Ayuk ke kantin. Laper niiih" kata Syania. "Yaudah ayuk," aku turun melewati tangga. Tapi langkahku terhenti, aku berfikir untuk mengajak Eka supaya lebih seru. Karena kelasku dengan Bella agak jauh. "Syan, gue kedalem dulu yak, manggil Eka biar rame, kita ngobrol-ngobrol kayak kemaren lagi" jelasku. "Oke. Gue tunggu sini ya" kata syania setuju.

***
Di kantin

Setibanya di Kantin, hal pertama yang kupirkan adalah minuman. Aku lupa membawa minumanku yang kutinggal di kelas. Kantin saat iti sangat ramaaai. Aku bingung mau duduk dimana. Dan finally, setelah kami bertiga muter-muter cari tempat untuk makan, akhirnya kami menemukan meja yang muat untuk kami bertiga. Meja kayu panjang dengan bangku yang juga panjang menyesuaikan mejanya. Di sebelah kanan kami sudah ada sekumpulan murid baru yang kuketahui dari pakaiannya yang masih memakai putih abu-abu. Sebab, kakak senior kami sudah mengenakan pakaian batik setiap hari Kamis. Karena kami masih murid baru, kami belum mendapatkan seragam batik. Aku tidak mengenali siapa yang duduk di sebelah kami bertiga. Entah hanya aku yang tidak menyadari atau kedua temanku itu menyadari, intinya aku mau pesan Pop Ice dulu sebab semua tempat memesan makanan dipenuhi antrean. Aku takut tidak kebagian.
Aku ikut antre di warung minum yang menjual Ice. Cukup lama aku antre disana bersama murid-murid lain yang 'mungkin' juga kehausan sepertiku. Agak kesal karena yang beli rata-rata tidak antre, kebanyakan kakak kelas yang main selak. Dalam hati ingi mengomel tapi apalah dayaku yang masih menggunakan seragam Putih Abu-abu, bukan seragam batik. Setelah penantian yang cukup lama untuk 'orang yang kehausan' akhirnya sekarang giliranku "Pop Ice coklat ya bang," pesanku pada abang penjual Pop Ice. "OK boss, di gelas apa di cup plastik?" Tanyanya. "Di gelas aja, minum sini kok", jawabku kepada abang itu. Abang itu pun mengambil gelas dan menuangkan Pop Ice Idolaku ke dalam gelas kaca bening. Aaah butiran air embun yang mengalir di luar sisi gelas, seakan menggodaku untuk cepat minum Pop Ice coklat dingin itu. Ohiya, cara penyajian di warung Pop ice ini cukup unik. Jadi Pop Icenya diseduh sekalian banyak, dicampur dengan air dan es batu lalu ditutup di dalam termos es besar. Jadi saat ada yang pesan, tinggal ciduk saja menggunakan cidukan yang terbuat dari gelas plastik lalu dikasih gagang (pegangan) panjang. Saat abangnya ingin memberikan segelas Pop Ice padaku, tiba-tibaaaa ada tangan orang yang main rebut Pop ice ku. Jelas aku sangat marah dan emosi diperlakukan seperti itu. Aku langsung menengok ke orang tersebut dan hendak memaki orang itu. Namun niatku untuk memaki orang itu terhenti saat aku tahu bahwa yang kumaki adalah laki-laki yang menabrakku dari belakang saat MOS kemarin. Aku tertahan untuk memaki bukan berarti aku tidak jadi memarahinya, justru aku diam untuk mengumpulkan energi lebih agar bisa memakinya dua kali lipat.
Aku diam dan kami sama-sama saling tatap. Ingin aku memakinya tetapi entah kenapa aku terdiam, dia pun diam. Tidak pergi dan tidak minum Pop Ice yang ia rebut dari tanganku tadi. Entah kenapa mulutku seakan bisu, mungkin karena banyak orang saat di kantin itu. Aku tidak terbiasa meluapkan emosiku di depan umum. Ayah tidak pernah mengajarkanku untuk melampiaskan emosi di depan banyak orang. "Maaf" aku mendengar laki-laki itu mengucapkan kata 'maaf' aku masih diam. "Maaf ya" katanya sambil menyodorkan segelas Pop Ice coklat yang ia rebut tadi. "Kenapa?" Hanya kata itu yang keluar dari mulutku. "Maaf, gue nyerobot minuman lo" jawabnya. "Kenapa?" Tak ada sautan lain dariku. "Maaf juga gue kemaren nabrak lo, lo yang kemaren gue selak dari belakang kan? Sekarang gue nyelak minuman lo. Gue gak sengaja. Kemaren gue panik gara-gara kesiangan, sekarang gue kesel gara-gara ngantri lama eh diselak mulu ama senior, pas gue liat lo yang masih pake seragam putih abu-abu ya gue beraniin aja nyelak. Gue gaberani kalo sama senior" jelasnya panjang. "Terus kalo sama gue lo berani? Mentang-mentang kita seumuran?" Kataku agak malas dengan suara yang tidak kencang. "Bukan, bukan gitu. Gue ..." dia melanjutkan penjelasannya tapi aku mulai malas tidak perduli dan langsung Pesan segelas Pop Ice Coklat 'lagi' kepada abang penjual Pop Ice. Setelah mendapatkan segelas Pop Ice aku langsung jalan balik menuju tempat Eka dan Syania duduk. Sesampainya di meja itu aku kaget. Kok laki-laki itu ada di belakangku, apa dia mengikutiku karena belum mendapatkan jawaban maaf dariku. Aku bertanya dalam hati. Entah apa yang membuatku memiliki perasaan geer seperti itu, perasaan yang mendorongku untuk menanyakan hal bodoh yang seharusnya tidak kutanyakan. "Lo ngapain ngikutin gue?" Tanyaku percaya diri. Dia tidak menjawab, hanya tersenyum kecil geli. Aku bingung melihat tingkah anak ini. Dan aku bertanya kembali "lo ngapain ngikutin gue ha?" Akhirnya anak itupun bicara sambil senyum-senyum geli. Suara tawa kecilpun terdengar dari bangku yang sama. Suara tawa laki-laki. Cukup banyak, tapi terdengar kecil. Seperti suara-suara menahan tawa "maaf, bukan kok bukan," "bukan apa?" Jawabku penasaran. "Jadi, gue itu pengen duduk. Itu tempat gue." Jawabnya sambil menunjuk bangku panjang disebelah tempat duduknya. Ternya kumpulan laki-laki yang tadi duduk di sebelahku adalah dia, bersama teman-temannya. Dan mereka mentertawaiku karena ucapanku yang terlalu percaya diri itu. Ppppssss mukaku memanas, mungkin merah. Aku malu, kusangat malu. Ingin rasanya aku pergi dari tempat itu sesegera mungkin. Namun rasanya tidak mungkin karena makanan belum kumakan tapi sudah kubayar, dan perutku keroncongan. Akupun membiarkan dia duduk duluan di sebelahku, baru aku juga  duduk di bangku kayu panjang itu. Disebelah laki-laki itu. Aku hanya menunduk. Tidak berani menatap siapapun rasanya saat itu.

Diamku tak berkutik karena malu, tapi tidak kusangka anak itu tiba-tiba berbicara padaku. "Suka Pop Ice Coklat juga ya?" "Enggak juga" jawabku dengan masih enggan menatapnya. "Masa, tadi kan banyak rasa. Kenapa milihnya yang coklat?" Tanyanya lagi. "Yaaa suka aja, lagi kepengen aja." Jawabku yang sudah mulai berani menaikan wajahku. Anak laki-laki itu tersenyum sambil meledek "tuh, katanya enggak suka. Tapi jawabnya ya suka aja. Perempuan tu labil ya." Aku diam dan tersenyum agak kecut. Mmm berani juga ini orang ngomong sama gue, setelah berhasil bikin gue malu di depan temen-temen gue dan temen-temennya. Belum sempat aku menanggapi tiba-tiba bel masuk pun berbunyi. Aku dan teman-temanku pun bergegas balik menuju kelas. Laki-laki itu bicara kecil di belakangku "maaf ya," aku meninggalkannya di belakangku dan segera menuju kelas.

Hari Jum'at. Pertemuan ekstrakulikuler.
Kamis malam aku mendapatkan pesan dari kakak kelas yang mengaku dari ekstrakulikuler 'rohis'. Di pesan itu tertulis bahwa aku harus mengikuti pertemuan perdana anggota Rohis baru. Akupun bertanya pada teman-temanku siapa saja yang saat MOS imendaftar ekstrakulikuler rohis. Ternyata banyak, Syania dan Eka pun ikut rohis juga.
Bel pulang berbunyi. Aku dan teman-teman yang mendapatkan pesan pun berkumpul di lokasi pertemuan yang sudah diumumkan di pesan itu juga. Di masjid sekolah. Tidak lama, Kumandang ashar berbunyi. Akupun segera menunaikan kewajibanku dahulu. Salepas itu pertemuan pun dimulai. Seluruh murid baru yang mendaftarkan diri di rohis pun cukup banyak. Mmm antusias teman-teman 20 ini cukup tinggi juga rupanya. Pikirku dalam hati. Acarapun dimulai, aku mulai mengamati satu per satu anggota rohis. Baik yang lama maupun yang baru akan masuk sepertiku. Namun, alangkah kagetnya aku saat mengetahui bahwa laki-laki yang menabrakku dan mempermalukan aku kemarin-kemarin ternyata daftar menjadi anggota Rohis juga. Tanpa sadar mulutku menganga kaget dan menepuk keningku. Yatuhan, mimpi apa aku semalam. Kukira aku tidak akan pernah berhubungan lagi dengan orang itu. Tapi pada kenyataannya pikiranku tidak sesuai takdir yang terjadi.

Belum selesai aku terheran-heran, aku tidak menyadari acara perkenalan sudah dimulai. Aku pun memperhatikan satu persatu anggota rohis ini, hingga tiba giliran laki-laki itu memperkenalkan diri. "Nama saya Adi Hariadi, Kelas AK 1, Motivasi ikut rohis ingin mendapatkan pengalaman baru" laki-laki itu memperkenalkan diri. Oooalaaah namanya Adi toh pikirku dalam hati. Entah kenapa aku merasa senang mengetahui namanya. Haduuuh aku ini kenapa. Dia kan tengil, buat apa aku tau namanya. Dia aja belom tentu mau tahu namaku. Ah apalah aku ini. Aaaah jangan sampe suka lah. Aku kan benci sama orang ini. Rutukku dalam hati. Saat itu pun tiba giliranku memperkenalkan diri. Seperti yang lain aku memperkenalkan diri "nama saya Husnul Khotimah dari kelas AK 2, Motivasi ikut Rohis ingin memperbanyak teman dan pengetahuan," jelasku pada anggota lain.

Sesi perkenalanpun usai, dilanjutkan dengan games, lalu pulang. Saat aku sedang memakai sepatu tiba-tiba Adi datang menghampiriku. Dia menyapaku "eh Husnul, mau pulang ya?" Berani juva ni orang "eh iya. Mau pulang nih" jawabku pura-pura cuek. Tiba-tiba Bella yang juga sedang pakai sepatu di sebelahku nyeletuk "ciyeee siapa tuh, Nu? Berapa hari sekolah udah dapet cowo aja" ledek Bella. "Aaah enggak kok Be. Gue kenal juga gara-gara dia pernah nabrak gue aja pas baris. Kalo enggak juga gue gakenal kok" jelasku pada Bella. "Ah boong tu Br, di kantin kan mereka udah ngobrol sebenernya. Agak lucu gitu sih kejadiannya ..." Syania tiba-tiba nyaut dan menjelaskan bagaimana ceritanya aku dan Adi bisa kenal, tanpa sadar Adi sudah tidak di sebelahku. Dan Eka pun tiba-tiba berbicara sesuatu "eh iyak tempat pensil gue ketinggalan di kelas. Gue ambil dulu yak, kalian tunggu sini" kata Eka pada Aku, bella, dan Syania. Kamipunbmenunggu Eka di pinggiran masjid.

"Yuk guys, kita balik" ajak eka yang sedang menuruni tangga. "Yuk" jawab kami bertiga serempak. Saat berjalan melewati koridor tiba-tiba ada yang memanggilku dari belakang "Husnuuuul" akupun menoleh. Dan ternyata itu Adi. Akupun terhenti. Teman-teman kupun riuh meyorakiku dengan suara "ciyeeee ciyeee". Adi menghampiriku dengan sedikit berlari sambil membawa dua gelas Pop Ice Coklat dingin favoritku. Saat berada di depanku tiba-tiba ia menyodorkan satu cup plastik berisi Pop Ice coklat. Aku terheran dan bertanya "ini apa?" "Pop Ice coklat" jawabnya. "Hahaha yaiya tau itu gue juga, maksudnya dalam rangka apa?" Tanyaku lagi pada Adi. "Yaaa anggep aja itu tanda peemintaan maaf gue ke lo, dan tanda gue udah tau nama lo. Hehe. Gue minta maaf udah nabrak lo dan udah bikin lo malu. Sumpah gue gak bermaksud kayak gifu" jawabnya menyesal. "Hooo okeh okeh, btw kenapa rasa coklat?" Aku gantian bertanya. "Ya gapapa, lagi pengenajaaa" jawabnya meniru omonganku dikantin kemarin."hahahaha itukan omongan gue kemaren" tanggapku. Aaaah entah mengapa rasanya perasaanku saat itu seperti berbunga-bunga. Aku belum pernah merasakan ini sebelumnya. Antara malu, jengkel, atau entah apalah namanya. Atau mungkin ini karma karena aku sudah mengamitamiti dia. Entahlah aku bingung. Dan sejak saat itu Adi pun meminta nomer HPku, dan kamipun mulai sering sms-an, bertemu, dan lebih sering ngobrol bareng. Keseringan kami bertemu di organisasipun membuatku dan Adi jadi lebih dekat meskipun kami tidak sekelas. Lama-lama Adipun mengungkapkan perasaannya kepadaku. Kami pun menjalin hubungan. Mungkin karma di cerita-cerita atau sinetron itu bukan cuma sekedar cerita. Pelajaran nyata untukku, agar jengan mudah membenci dan menyimpan dendam kepada orang dengan berlebih. Memaafkan itu lebih baik. Karena kita tidak akan pernah tau bagaimana takdir berjalan. Seperti Aku dan Adi, bermula dari benci, dan segelas Pop Ice coklat semasa sekolah, hubunganku dengan Adi, berjalan hingga sekarang.


Itulah kisahku bersama segelas Pop Ice coklat. Bagaimana denganmu?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar